Pages

Rabu, 23 April 2014

Apakah Arti Dari Hari Bumi Bagi Kita?

“Satu  anak  saja demi masa  depan  tanpa  polusi, tanpa kemacetan  lalu-lintas, tanpa  pengangguran, tanpa  kemiskinan,  tanpa  harus  hidup  berhimpit dalam kampung kumuh/rumah susun, tanpa transmigrasi,  tanpa  penggusuran,  tanpa  cemas  kehamilan, tanpa pengguguran,…”

Hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April secara Internasional. Bukan hanya di Indonesia saja, tetapi semua negara di dunia juga memperingati hari Bumi.
Pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan bertepatan tanggal 22 April 1970, kira-kira 20 juta warga Amerika Serikat dan mahasiswa  turun ke jalan memenuhi sejumlah taman dan auditorium untuk mengampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan.  Mereka berkumpul menentang kerusakan
lingkungan yang disebabkan buruknya saluran pembuangan, serta semakin punahnya kelestarian flora di negeri itu. Aktor utama aksi nasional itu adalah Gaylord Nelson, politikus dan senator pertama yang menyuarakan isu-isu lingkungan menjadi agenda Senat AS.

Embrio gagasan hari bumi dimulai sejak Nelson menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969, Dalam pidato, ia mendesak perlunya memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup, dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model “teach in” yaitu sessi kuliah tambahan yang membahas tema-tema kontroversial yang sedang hangat, khususnya tema lingkungan hidup. Ternyata masyarakat menyambut baik ide ini, sehingga gerakan lingkungan benar-benar semarak, dan timbul arus gerakan yang lebih besar dengan dicanangkannya Hari Bumi.

Dukungan ini terus membesar dan memuncak dengan menggelar peringatan Hari Bumi yang monumental. ketika jutaan orang turun ke jalan, berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York dengan mengacungkan tinju kemarahan kepada para perusak bumi. Tidak kurang dari 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington dan San Fransisco. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada 22 April 1970. (beritalingkungan.com)
Situs kompas.com dua hari yang lalu meliput "Monster Lumpur" yang  memperingati Hari Bumi di Solo. Ia melumuri seluruh tubuhnya dengan lumpur dan membawa poster bertuliskan "Selamatkan Bumi Untuk Anak Cucu".

Banyak kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dunia untuk berperan serta dalam peringatan Hari Bumi tahun 2014 ini. Salah satu kegiatan besar yang melibatkan penduduk dunia dalam memperingati Hari Bumi dan Hari Air adalah Earth Hour.

Earth Hour merupakan gerakan lingkungan yang digagas oleh salah satu organisasi yang concern dengan masalah lingkungan yaitu World Wide Fund for Nature (WWF). Earth Hour berkembang menjadi kampanye dengan partisipan terbesar sepanjang sejarah di dunia. Awalnya Earth Hour hanya diselenggarakan di satu kota yakni Sydney, saat ini lebih dari 7000 kota berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Kegiatan Earth Hour ini merupakan kegiatan pemadaman lampu selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan serius menghadapi perubahan iklim. Namun, sejak awal Earth Hour diadakan, kegiatan tersebut tidak hanya bermakna untuk mematikan lampu.

Earth Hour berusaha untuk bisa menggabungkan semua orang yang peduli untuk membuat bumi ini nyaman ditinggali. Selain itu, Earth Hour juga mengajak dan mengembangkan aksi yang mendukung gaya hidup lebih ramah lingkungan. Lebih dari itu melalui Earth Hour ingin diciptakan komunitas global untuk terus memacu masyarakat agar sama-sama berjuang untuk masa depan.

Indonesia juga turut berpartisipasi dalam kegiatan Earth Hour. Aksi global Earth Hour ditandai dengan melakukan aksi Switch Off atau mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak sedang dipakai selama satu jam, yang tahun ini jatuh pada tanggal 29 Maret 2014, mulai pukul 20.30 - 21.30 waktu setempat. Seminggu setelah peringatan Hari Air dan sebulan sebelum peringatan Hari Bumi.

Sejak penyelenggaraan pertama pada 2009, jumlah kota yang ikut menggelar aksi tersebut terus mengalami peningkatan. Tahun 2013, ada 30 kota yang menggelar aksi Earth Hour. Sedangkan, tahun 2014 bertambah dua kota baru, yaitu Palembang dan Padang.

Kota-kota yang telah melaksanakan kampanye itu terlebih dahulu yaitu Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), Bandung, Cimahi, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Batu, Sidoarjo, Kediri, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Denpasar, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Sangatta, Tarakan, Kotamobagu, Sorowako dan Makassar.

Dalam perkembangannya, banyak aksi berkelanjutan yang dilakukan para pendukung kampanye ini di Indonesia sebagai tindak lanjut dari kegiatan Earth Hour. Di Banda Aceh dilakukan aksi tanam mangrove di pesisir Aceh Besar. Di Bekasi dilakukan aksi tanam mangrove di Muara Gembong. Di Bengkulu juga dilakukan tanam mangrove di Pantai Panjang. Di Bandung diselenggarakan aksi pengelolaan sampah kota. Sedangkan di Yogyakarta diadakan aksi tanam pohon produktif di Desa Terong dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan di kota-kota besar di Indonesia. (antara.net.id)

Sekarang sudah tahu kan siapa pelopor Hari Bumi?

Kurang pas rasanya kalau kita sebagai mahasiswa tidak turut memperingati hari Bumi yang usianya sudah 44 tahun sejak lahirnya Hari Bumi. Maka dari itu, dari KMBC Pekanbaru mengusulkan kepada senat untuk turut memperingati hari Bumi di BDK Pekanbaru. Nah, setelah disetujui langsung dibentuk panitia dadakan. Karena memang sebenarnya sudah terlambat, yang seharusnya diperingati pada tanggal 22 April kemarin, kita memperingatinya tanggal 25 April.

Semoga saja acara dadakan, dengan panitia dadakan juga, bisa berjalan dengan lancar... Amin.

0 komentar:

Posting Komentar